STRUKTUR SOSIAL
A.
PENGERTIAN
STRUKTUR SOSIAL
Menurut
Soerjono Soekanto (2002:68) struktur sosial diartikan sebagai hubungan timbal
balik antarposisi sosial dan antarperan. Dengan demikian, pengertian struktur
sosial dapat didefinisikan sebagai suatu tatanan sosial dalam kehidupan
masyarakat yang di dalamnya terkandung hubungan timbal balik antara status dan
peranan dengan batas-batas perangkat unsur-unsur sosial yang menunjuk pada
suatu keteraturan perilaku, sehingga dapat memberikan bentuk sebagai suatu masyarakat.
Hendropuspito
(1989) dalam bukunya ”Sosiologi Sistematik” mendefinisikan bahwa struktur
sosial adalah skema penempatan nilainilai sosiobudaya dan organ-organ
masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai dengan berfungsinya organisme
masyarakat sebagai suatu keseluruhan dan demi kepentingan masing-masing. Bagian
nilai-nilai sosial adalah ajaran agama, ideologi, kaidah-kaidah, moral, serta
peraturan sopan santun yang dimiliki suatu masyarakat. Sementara itu
organ-organ masyarakat tersebut berupa kelompokkelompok sosial, institusi atau
lembaga-lembaga sosial yang mengusahakan perwujudan nilai-nilai tertentu
menjadi nyata dan dipakai dalam memenuhi kebutuhan. Pada dasarnya struktur
sosial merupakan jaringan dari unsurunsur sosial yang pokok dalam masyarakat.
Unsur-unsur tersebut antara lain kelompok-kelompok sosial, kebudayaan, lembaga
sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan, dan wewenang. Secara umum wujud konkret
struktur sosial masyarakat tampak jelas dalam system diferensiasi dan
stratifikasi sosial yang berlaku dalam sebuah masyarakat.
B.
DIFFERENSIASI
SOSIAL
1.
Pengertian Differensiasi social
Dari
apa yang telah diuraikan di atas, dapatkah kamu mengambil satu kesimpulan
tentang pengertian diferensiasi sosial? Cobalah ungkapkan di depan kelas!
Masyarakat Indonesia memiliki banyak keragaman dan perbedaan. Sebagai contohnya
keragaman agama, ras, etnis, pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin. Tidak
dapat dimungkiri keragaman ini menjadi potensi pokok munculnya konflik di
Indonesia. Perbedaan-perbedaan di atas terlihat secara horizontal. Perbedaan
inilah dalam sosiologi dinamakan dengan istilah diferensiasi sosial.
Diferensiasi sosial berasal dari bahasa Inggris yaitu difference, yang
berarti perbedaan. Secara istilah pengertian diferensiasi sosial adalah pembedaan anggota masyarakat ke dalam
golongan secara horizontal, mendatar, dan sejajar atau tidak memandang
perbedaan lapisan.
Asumsinya
adalah tidak ada golongan dari pembagian tersebut yang lebih tinggi daripada
golongan lainnya. Dengan demikian, dalam diferensiasi sosial tidak dikenal
adanya tingkatan atau pelapisan, seperti pembagian kelas atas, menengah, dan
bawah. Pembedaan yang ada dalam diferensiasi sosial didasarkan atas latar
belakang sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak sama dalam masyarakat, klan, etnis,
dan agama. Kesemuanya itu disebut kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan
berdasarkan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.
2. Bentuk-
bentuk differensiasi social
Pengelompokan
masyarakat berdasarkan perbedaannya dalam diferensiasi sosial sangat beragam.
Oleh karenanya, para ahli social mengklasifikasikannya menjadi beberapa macam
bentuk diferensiasi guna memudahkan dalam mempelajarinya. Bentuk-bentuk
tersebut antara lain, diferensiasi ras, agama, etnis, profesi, jenis kelamin,
dan asal daerah.
- Diferensiasi Ras
Sebenarnya
apa yang dimaksud dengan ras? Terkadang kita sering menggunakan istilah ini.
Nah, bersama teman sebangkumu cobalah mencari tahu pengertian dari ras. Ras
(KBBI: 2001) adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan
yang sama. Diferensiasi ras berarti mengelompokkan masyarakat berdasarkan
ciri-ciri fisiknya bukan budayanya. Misalkan, bentuk muka, bentuk hidung, warna
kulit,dan warna rambut. Pada dasarnya ciri fisik manusia dikelompokkan atas
tiga golongan yaitu ciri fenotipe, ciri filogenetik, dan ciri getif. Ciri
fenotipe merupakan ciri-ciri yang tampak. Ciri fenotipe terdiri atas ciri
kualitatif dan kuantitatif. Ciri kualitatif antara lain warna kulit, warna
rambut, bentuk mata, bentuk hidung, bentuk dagu, dan bentuk bibir. Sementara
itu, ciri kuantitatif antara lain tinggi badan, gerak badan, dan ukuran bentuk
kepala. Ciri filogenetik, yaitu hubungan asal usul antara ras-ras dan
perkembangan. Sedangkan ciri getif yaitu ciri yang didasarkan pada keturunan
darah.
Menurut
A.L. Kroeber (sebagaimana dikutip Arif Rohman: 2003), ras di dunia
diklasifikasikan menjadi lima kelompok ras yaitu:
1) Australoid, yaitu penduduk asli Australia
(Aborigin).
2) Mongoloid, yaitu penduduk asli wilayah
Asia dan Amerika, meliputi:
a)
Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur);
b) Malayan Mongoloid
Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan penduduk asli Taiwan);
c)
American Mongoloid (penduduk asli Amerika).
3) Kaukasoid, yaitu penduduk asli wilayah Eropa,
sebagian Afrika, dan Asia, antara lain:
a)
Nordic (Eropa Utara, sekitar Laut Baltik);
b)
Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur);
c)
Mediteranian (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, dan
Iran);
d)
Indic (Pakistan, India, Bangladesh, dan Sri Lanka).
4) Negroid, yaitu penduduk asli wilayah
Afrika dan sebagian Asia, antara lain:
a)
African Negroid (Benua Afrika);
b) Negrito (Afrika
Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal orang Semang, Filipina);
c)
Melanesian (Irian dan Melanesia).
5) Ras-ras khusus,
yaitu ras yang tidak dapat diklasifikasikan dalam keempat ras pokok, antara
lain:
a)
Bushman (Penduduk di daerah Gurun Kalahari, Afrika Selatan);
b)
Veddoid (Penduduk di daerah pedalaman Sri Lanka dan Sulawesi Selatan);
c)
Polynesian (Kepulauan Mikronesia dan Polynesia); serta
d)
Ainu (Penduduk di daerah Pulau Karafuto dan Hokkaido, Jepang).
Sedangkan Ralph Linton, beliau mengklasifikasikan tiga
ras utama dunia yaitu Mongoloid, Kaukasoid, dan Negroid. Mongoloid dengan
ciri-ciri kulit sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, mata sipit (terutama
Asia Mongoloid). Ras Mongoloid dibagi menjadi dua, yaitu Mongoloid Asia dan
Indian. Mongoloid Asia terdiri atas subras Tionghoa (terdiri atas Jepang,
Taiwan, dan Vietnam) serta subras Melayu. Subras Melayu terdiri atas Malaysia,
Indonesia, dan Filipina. Mongoloid Indian terdiri atas orang-orang Indian di
Amerika. Kaukasoid memiliki ciri-ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut
pirang sampai cokelat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus. Ras ini terdiri
atas subras Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid, dan India. Sedangkan Negroid,
dengan ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal, dan kelopak mata
lurus. Ras ini dibagi menjadi subras Negrito, Nilitz, Negara Rimba, Negro
Oseanis, dan Hotentot-Boysesman. Lantas, bagaimana dengan negara kita yang
terkenal dengan keragaman suku bangsanya? Ras-ras apa sajakah yang ada di Indonesia?
Pada
dasarnya, Indonesia didiami oleh bermacam-macam subras sebagai berikut.
1) Negrito, yaitu suku bangsa Semang di Semenanjung
Malaya dan sekitarnya.
2) Veddoid, yaitu suku
Sakai di Riau, Kubu di Sumatra Selatan, Toala dan Tomuna di Sulawesi.
3) Neo-Melanosoid, yaitu penduduk Kepulauan Kei dan
Aru.
4) Melayu yang terdiri atas:
a)
Melayu tua (Proto Melayu), yaitu orang
Batak, Toraja, dan Dayak.
b) Melayu Muda (Deutro
Melayu), yaitu orang Aceh, Minang, Bugis/Makassar, Jawa, Sunda, dan sebagainya.
- Diferensiasi Suku Bangsa
(Etnis)
Suku
bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari golongan-golongan sosial
lainnya, karena mempunyai ciri-ciri yang paling mendasar dan umum yang
berkaitan dengan asal usul, tempat asal, serta kebudayaannya. Ciri-ciri yang
paling mendasar tersebut, antara lain kesamaan dalam hal ciri fisik, bahasa
daerah, kesenian, dan adat istiadat.
Bagaimana
dengan Indonesia? Secara garis besar suku bangsa masyarakat Indonesia
diklasifikasikan sebagai berikut.
1) Suku masyarakat
Pulau Sumatra antara lain Aceh, Batak, Minangkabau, Bengkulu, Jambi, Palembang,
Melayu, dan sebagainya.
2) Suku masyarakat Pulau Jawa antara lain Sunda,
Jawa, Tengger, dan sebagainya.
3) Suku masyarakat Pulau Kalimantan antara lain
Dayak, Banjar, dan sebagainya.
4) Suku masyarakat
Pulau Sulawesi antara lain Bugis, Makassar, Toraja, Minahasa, Toli-Toli,
Bolang- Mongondow, dan Gorontalo.
5) Suku masyarakat di
Kepulauan Nusa Tenggara antara lain Bali, Bima, Lombok, Flores, Timur, dan
Rote.
6) Suku masyarakat di
Kepulauan Maluku dan Irian antara lain Ternate, Tidore, Dani, dan Asmat.
Dari
keterangan-keterangan di atas terlihat betapa banyaknya suku bangsa yang
dimiliki oleh Indonesia. Uniknya di antara suku bangsa yang beragam, setiap
suku bangsa di Indonesia memiliki dasar persamaan. Seperti persamaan kehidupan
sosialnya yangberdasarkan atas asas kekeluargaan, asas-asas yang sama atas hak
milik atas tanah, asas-asas yang sama dalam bentuk persekutuan masyarakat, dan
asas-asas persamaan dalam hukum adat.
- Diferensiasi Clan
Klan
(clan) adalah suatu kesatuan atau kelompok kekerabatan yang didasarkan
atas hubungan keturunan atau hubungan darah (genealogis) yang terdapat
dalam masyarakat. Sedangkan kekerabatan merupakan kesatuan sosial yang orang-orangnya
atau anggota-anggotanya mempunyai hubungan keturunan atau hubungan darah.
Seseorang dapat kita anggap sebagai kerabat kita, jika orang tersebut mempunyai
hubungan darah atau seketurunan dengan kita, walaupun kita tidak pernah saling
bertemu dengan orang tersebut. Dalam sistem kekerabatan dikenal dua hubungan
kekerabatan, yaitu patrilineal dan matrilineal. Dalam klan patrilineal, saudara
perempuan ayah dan saudara laki-laki ayah termasuk dalam satu klan. Sedangkan anak
dari saudara perempuan ego tidak termasuk anggota klan. Masyarakat yang
menganut sistem patrilineal antara
lain
Batak, Mentawai, dan Gayo. Sementara dalam klan matrilineal, saudara laki-laki
ibu, saudara perempuan ibu, saudara laki-laki ego, dan saudara perempuan ego
termasuk anggota satu klan. Tetapi anak dari saudara laki-laki ibu dan anak
dari saudara laki-laki ego tidak termasuk anggota satu klan. Masyarakat yang
menganut system matrilineal antara lain Minangkabau dan Enggano.
- Diferensiasi Agama
Tahukah
kamu apa yang dimaksud dengan agama? Agama merupakan masalah esensial bagi
kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan menyangkut keyakinan seseorang yang
dianggap benar. Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral.
Keyakinan itu membentuk golongan masyarakat moral atau yang disebut umat. Menurut Durkheim, agama
adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang
berhubungan dengan hal-hal suci. Diferensiasi agama merupakan penggolongan
masyarakat berdasarkan agama atau kepercayaan. Di Indonesia dikenal agama
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Selain itu, berkembang pula agama
atau kepercayaan lain seperti Konghucu, aliran kepercayaan, dan
kepercayaan-kepercayaan lainnya. Penggolongan tersebut bersifat horizontal dan
bukan berdasarkan tingkatan atau pelapisan sehingga dalam diferensiasi sosial
agama tidak ada status yang lebih tinggi atau rendah karena pada dasarnya
setiap agama memiliki status yang sama. Secara umum setiap agama mempunyai
komponen-komponen yang selalu ada. Komponen-komponen tersebut antara lain emosi
keagamaan, sistem keyakinan, upacara keagamaan, tempat ibadah dan umat.
1)
Emosi keagamaan, yaitu suatu sikap yang tidak rasional yang mampu menggetarkan
jiwa, misalnya sikap takut bercampur percaya.
2)
Sistem keyakinan, yaitu bentuk pikiran atau gagasan manusia seperti keyakinan
akan sifat-sifat Tuhan, wujud alam gaib, kosmologi, masa akhirat, cincin sakti,
roh nenek moyang, dewa-dewa dan sebagainya.
3)
Upacara keagamaan, yang berupa bentuk ibadah kepada Tuhan, dewa-dewa, dan roh
nenek moyang.
4)
Tempat ibadah seperti masjid, gereja, pura, wihara, kuil, dan kelenteng.
5)
Umat, yaitu anggota salah satu agama yang merupakan kesatuan sosial.
- Diferensiasi Profesi (Pekerjaan)
Profesi
atau pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia sebagai sumber
penghasilan atau mata pencahariannya. Dalam masyarakat social profesi merupakan
suatu pekerjaan yang memerlukan suatu keterampilan khusus. Misalnya, profesi
guru memerlukan keterampilan khusus seperti, pandai berbicara, suka membimbing,
sabar, dan sebagainya. Di masyarakat terdapat berbagai macam profesi yang
dimiliki anggota masyarakat. Hal ini dikarenakan pengaruh industrialisasi dan modernisasi,
serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Diferensiasi profesi merupakan
penggolongan anggota masyarakat berdasarkan jenis pekerjaan yang dimiliki.
Berdasarkan penggolongan inilah kita mengenal kelompok masyarakat berprofesi seperti
guru, dokter, pedagang, buruh, pegawai negeri, tentara, dan sebagainya.
Perbedaan profesi biasanya akan membawa pengaruh terhadap perilaku sosial
seseorang di lingkungannya. Contoh, perilaku seorang dokter tentunya berbeda
dengan perilaku seorang tukang becak ketika keduanya melakukan pekerjaan.
- Diferensiasi Jenis Kelamin
Jenis
kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang berdasarkan pada perbedaan
seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita
lihat dari struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas
dasar itulah, terdapat kelompok masyarakat laki-laki atau pria dan kelompok
masyarakat perempuan atau wanita. Pada dasarnya kedudukan laki-laki dan
perempuan sama, karena mempunyai kesempatan, status, dan peran sosial yang
sama. Namun, di beberapa daerah tertentu status laki-laki dianggap lebih tinggi
daripada perempuan atau sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan fisik
dan sosialisasi nilai dan norma yang membedakan mereka. Akan tetapi, perbedaan
tersebut bersifat horizontal bukan pada tingkatan-tingkatan dalam masyarakat.
- Diferensiasi Asal Daerah
Diferensiasi
asal daerah merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat
tinggalnya, desa atau kota. Berdasarkan penggolongan ini dikenal dua kelompok
masyarakat, yaitu masyarakat desa dan masyarakat kota. Masyarakat desa adalah
kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari desa. Sedangkan
masyarakat kota adalah kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal
dari kota. Perbedaan masyarakat desa dan masyarakat kota tampak jelas dalam
perilaku, tutur kata, cara berpakaian, cara menghias rumah, cara berinteraksi,
dan lainlain.
C.
STRATIFIKASI
SOSIAL
- Pengertian stratifikasi social
Stratifikasi social berasal dari bahasa Latin
”stratum” (tunggal) atau ”strate” (jamak) yang berarti
berlapis-lapis. Menurut Pitirim A. Sorokin, stratifikasi sosial adalah
pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau
hierarkis.
Menurut P.J. Bouman, pelapisan sosial adalah golongan manusia yang ditandai
dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu.
Oleh karena itu, mereka menuntut gengsi kemasyarakatan. Hal tersebut dapat
dilihat dalam kehidupan anggota masyarakat yang berada di kelas rendah.
Pelapisan sosial merupakan gejala yang bersifat universal. Kapan pun dan di
mana pun, pelapisan social\ selalu ada. Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi (1974) menyebutkan bahwa selama dalam masyarakat ada sesuatu
yang dihargai, maka dengan sendirinya pelapisan sosial terjadi. Sesuatu
yang dihargai dalam masyarakat bisa berupa harta kekayaan, ilmu pengetahuan,
atau kekuasaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelapisan social
adalah pembedaan antarwarga masyarakat ke dalam kelas-kelas social secara
bertingkat. Wujudnya adalah terdapat lapisan-lapisan di dalam masyarakat di
antaranya ada kelas sosial tinggi, sedang, dan rendah. Pelapisan social
merupakan perbedaan tinggi dan rendahnya kedudukan atau posisi seseorang dalam
kelompoknya, apabila dibandingkan dengan posisi seseorang maupun kelompok
lainnya. Dasar tinggi dan rendahnya lapisan sosial seseorang disebabkan oleh
bermacam-macam perbedaan, seperti kekayaan di bidang ekonomi, nilai-nilai
sosial, serta kekuasaan dan wewenang.
- Proses terbentuknya stratifikasi
social
Secara umum terdapat dua proses terbentuknya
stratifikasi social di masyarakat, yaitu:
- Terjadi secara Otomatis atau
Alamiah
Stratifikasi
sosial dapat terjadi secara alamiah, dengan sendirinya dan otomatis bersamaan
dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Biasanya proses ini terjadi karena
faktor-faktor yang dibawa individu sejak lahirnya. Contoh: kepandaian, usia,
jenis kelamin, keturunan, dan sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam
masyarakat.
- Terjadi karena Bentukan untuk
Mencapai Tujuan Bersama
Stratifikasi
ini biasanya dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam
organisasi formal seperti pemerintahan, partai politik, perusahaan,
perkumpulan, dan angkatan bersenjata. Dalam stratifikasi ini biasanya dilakukan
dengan berbagai cara, seperti upacara pelantikan, pemberian tanda/ lambang
kedudukan, pemberian wewenang, dan lainlain.
- Dasar stratifikasi social
kriteria-kriteria umum yang digunakan untuk
mengelompokkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan tertentu sebagai
berikut.
- Ukuran Kekayaan
Kekayaan
atau materi dapat dijadikan sebagai ukuran penempatan status seseorang dalam
lapisan masyarakat. Oleh karenanya, orang yang memiliki harta benda
berlimpah
(kaya) akan lebih dihormati dan dihargai daripada orang miskin. Ukuran kekayaan
ini dapat dilihat dari bentuk rumah modern, jenis pakaian yang dipakai,
pemilikan sarana komunikasi dan transportasi, serta kebiasaan mengonsumsi
barang-barang mewah.
- Ukuran Kekuasaan
Kekuasaan
dipengaruhi oleh kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat. Seorang yang
memiliki kekuasaan dan wewenang besar akan menempati lapisan sosial atas,
sebaliknya orang yang tidak mempunyai kekuasaan berada di lapisan bawah.
Contoh: pimpinan perusahaan dengan karyawannya.
- Ukuran Keturunan
Ukuran
keturunan terlepas dari ukuran kekayaan atau kekuasaan. Dalam hal ini keturunan
berdasarkan golongan kebangsawanan atau kehormatan. Contoh: gelar Andi di
masyarakat Bugis, Raden di masyarakat Jawa, dan Tengku di masyarakat Aceh.
Kesemua gelar ini diperoleh berdasarkan kelahiran atau keturunan. Apabila
seseorang berasal dari keluarga bangsawan secara otomatis orang tersebut
menempati lapisan atas berdasarkan keturunannya.
- Ukuran Kepandaian atau Ilmu
Pengetahuan
Kepandaian
serta kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dapat pula menjadi dasar dalam
pelapisan sosial. Seseorang yang berpendidikan tinggi atau bergelar sarjana
tentunya mempunyai status yang lebih tinggi. Sebagaimana orang yang menguasai
ilmu pengetahuan akan menempati posisi yang paling tinggi dalam sistem
pelapisan masyarakat. Contoh: profesor, doktor, dan lainlain.
- Ukuran Kehormatan
Ukuran
kehormatan terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang
yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dalam sistem pelapisan
social masyarakat. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat
tradisional. Biasanya dalam masyarakat tradisional sangat menghormati
orang-orang yang memiliki jasa yang banyak kepada masyarakat, para orang tua
ataupun orang-orang yang berperilaku dan berbudi luhur.
- Sifat Stratifikasi social
Dari pemaparan di atas, tampak jelas
keberagaman stratifikasi sosial. Keadaan ini menjadikan masyarakat terbagi
menjadi beberapa kelompok atau lebih yang tentunya menempati posisi yang tidak
sama dalam pelapisan sosial atau stratifikasi sosial. Dalam sosiologi dikenal
tiga sistem stratifikasi sosial, yaitu stratifikasi sosial
tertutup,stratifikasi sosial terbuka, dan stratifikasi sosial campuran.
- Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed
Social Stratification)
Stratifikasi
sosial tertutup dalam masyarakat dapat digambarkanseperti pada gambar di
samping. Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana anggota dari setiap
strata sulit mengadakan mobilitas vertikal. Satu-satunya jalan untuk masuk
dalam stratifikasi ini melalui kelahiran atau keturunan. Wujud nyata dari
stratifikasi ini adalah sistem kasta di Bali. Kaum Sudra tidak dapat pindah
posisi ke lapisan Brahmana. Atau masyarakat rasialis, kulit hitam (Negro) yang
dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit putih.
- Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened
Social Stratification)
Stratifikasi
sosial terbuka bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap
anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun
horizontal. Pada umumnya, sistem pelapisan ini, memberikan kesempatan kepada
setiap anggota untuk naik ke strata yang lebih tinggi, atau turun ke strata
yang lebih rendah. Selain itu, sistem pelapisan terbuka memberikan perangsang
lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan
pembangunan masyarakat. Contoh, seorang yang miskin karena usaha dan kerja
keras dapat menjadi kaya, atau sebaliknya.
- Stratifikasi Campuran
Stratifikasi
campuran diartikan sebagai sistem stratifikasi yang membatasi kemungkinan
berpindah strata pada bidang tertentu, tetapi membiarkan untuk melakukan
perpindahan lapisan pada bidang lain. Contoh: seorang raden yang mempunyai
kedudukanterhormat di tanah Jawa, namun karena sesuatu hal ia pindah ke Jakarta
dan menjadi buruh. Keadaan itu menjadikannya memiliki kedudukan rendah maka ia
harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
- Bentuk- bentuk stratifikasi social
Terbentuknya stratifikasi sosial dalam
masyarakat dikarenakan adanya sesuatu yang dihargai dan dianggap bernilai. Pada
dasarnya sesuatu yang dihargai selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan
zaman dan teknologi. Keadaan ini menjadikan bentuk-bentuk stratifikasi sosial
semakin beragam. Selain itu, semakin kompleksnya kehidupan masyarakat semakin
kompleks pula bentuk-bentuk stratifikasi yang ada. Secara garis besar
bentuk-bentuk stratifikasi sosial sebagai berikut.
- Stratifikasi Sosial
Berdasarkan Kriteria Ekonomi
Dalam
stratifikasi ini dikenal dengan sebutan kelas sosial. Kelas sosial dalam
ekonomi didasarkan pada jumlah pemilikan kekayaan atau penghasilan. Secara umum
klasifikasi kelas sosial terdiri atas tiga kelompok sebagai berikut.
1)
Kelas sosial atas, yaitu kelompok orang
memiliki kekayaan banyak, yang dapat memenuhi segala kebutuhan hidup bahkan
secara berlebihan. Golongan kelas ini dapat dilihat dari pakaian yang
dikenakan, bentuk rumah, gaya hidup yang dijalankan, dan lain-lain.
2)
Kelas sosial menengah, yaitu kelompok
orang berkecukupan yang sudah dapat memenuhi kebutuhan pokok (primer), misalnya
sandang, pangan, dan papan. Keadaan golongan kelas ini secara umum tidak akan
sama dengan keadaan kelas atas.
3)
Kelas sosial bawah, yaitu kelompok orang
miskin yang masih belum dapat memenuhi kebutuhan primer. Golongan kelas bawah biasanya
terdiri atas pengangguran, buruh kecil, dan buruh tani.
- Stratifikasi Sosial
Berdasarkan Kriteria Sosial
Stratifikasi
sosial berdasarkan kriteria sosial adalah pembedaan anggota masyarakat ke dalam
kelompok tingkatan sosial berdasarkan status sosialnya. Oleh karena itu,
anggota masyarakat yang memiliki kedudukan sosial yang terhormat menempati
kelompok lapisan tertinggi. Sebaliknya, anggota masyarakat yang tidak memiliki
kedudukan sosial akan menempati pada lapisan lebih rendah. Contoh: seorang tokoh
agama atau tokoh masyarakat akan menempati posisi tinggi dalam pelapisan
sosial.
- Stratifikasi Sosial
Berdasarkan Kriteria Politik
Apabila
kita berbicara mengenai politik, maka pembicaraan kita berhubungan erat dengan
sistem pemerintahan. Dalam stratifikasi sosial, media politik dapat dijadikan
salah satu criteria penggolongan. Orang-orang yang menduduki jabatan di dunia
politik atau pemerintahan akan menempati strata tinggi. Mereka dihormati,
disegani, bahkan disanjung-sanjung oleh warga masyarakat. Orang-orang yang
menduduki jabatan di pemerintahan dianggap memiliki kelas yang lebih tinggi
dibandingkan warga biasa. Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik
menjadikan masyarakat terbagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok lapisan atas
yaitu elite kekuasaan disebut juga kelompok dominan (menguasai) sedangkan
kelompok lapisan bawah, yaitu orang atau kelompok masyarakat yang dikuasai
disebut massa atau kelompok terdominasi (terkuasai).
- Stratifikasi Sosial
Berdasarkan Kriteria Pekerjaan
Jenis
pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang dapat dijadikan sebagai dasar pembedaan
dalam masyarakat. Seseorang yang bekerja di kantor dianggap lebih tinggi
statusnya daripada bekerja kasar, walaupun mereka mempunyai gaji yang sama.
Adapun penggolongan masyarakat didasarkan pada mata pencaharian atau pekerjaan
sebagai berikut.
1)
Elite yaitu orang kaya dan orang yang
menempati kedudukan atau pekerjaan yang dinilai tinggi oleh masyarakat.
2)
Profesional yaitu orang yang berijazah
dan bergelar kesarjanaan serta orang dari dunia perdagangan yang berhasil.
3)
Semiprofesional mereka adalah para
pegawai kantor, pedagang, teknisi berpendidikan menengah, mereka yang tidak berhasil
mencapai gelar, para pedagang buku, dan sebagainya.
4)
Tenaga terampil mereka adalah
orang-orang yang mempunyai keterampilan teknik mekanik seperti pemotong rambut,
pekerja pabrik, sekretaris, dan stenografer.
5)
Tenaga tidak terdidik, misalnya pembantu
rumah tangga dan tukang kebun.
- Stratifikasi Sosial
Berdasarkan Kriteria Pendidikan
Antara
kelas sosial dan pendidikan saling memengaruhi. Hal ini dikarenakan untuk
mencapai pendidikan tinggi diperlukan uang yang cukup banyak. Selain itu,
diperlukan juga motivasi, kecerdasan, dan ketekunan. Oleh karena itu, tinggi
dan rendahnya pendidikan akan berpengaruh pada jenjang kelas sosial.
- Stratifikasi Sosial
Berdasarkan Kriteria Budaya Suku Bangsa
Pada
dasarnya setiap suku bangsa memiliki stratifikasi social yang berbeda-beda.
Misalnya pada suku Jawa. Di Jawa terdapat stratifikasi sosial berdasarkan
kepemilikan tanah sebagai berikut.
1)
Golongan wong baku (cikal bakal), yaitu
orangorang keturunan para pendiri desa. Mereka mempunyai hak pakai atas tanah
pertanian dan berkewajiban memikul beban anak keturunan para cikal bakal
tersebut. Kewajiban seperti itu disebut dengan gogol atau sikep.
2)
Golongan kuli gandok (lindung), yaitu
orang-orang yang mempunyai rumah sendiri, tetapi tidak mempunyai hak pakai atas
tanah desa.
3)
Golongan mondok emplok, yaitu
orang-orang yang mempunyai rumah sendiri pada tanah pekarangan orang lain.
4)
Golongan rangkepan, yaitu orang-orang
yang sudah berumah tangga, tetapi belum mempunyai rumah dan pekarangan sendiri.
5)
Golongan sinoman, yaitu orang-orang muda
yang belum menikah dan masih tinggal bersama-sama dengan orang tuanya. Selain
itu, stratifikasi sosial pada masyarakat Jawa didasarkan pula atas pekerjaan
atau keturunan, yaitu golongan priayi dan golongan wong cilik. Golongan priayi
adalah orang-orang keturunan bangsawan dan para pegawai pemerintah serta kaum
cendekiawan yang menempati lapisan atas. Sedangkan golongan wong cilik antara
lain para petani, tukang, pedagang kecil, dan buruh yang menempati lapisan
kelas bawah. Pada tahun 1960-an, Clifford Geertz seorang pakar antropolog
Amerika membagi masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok, yaitu santri, abangan,
dan priayi. Menurutnya, kaum santri adalah penganut agama Islam yang taat, kaum
abangan adalah penganut Islam secara nominal atau menganut Kejawen, sedangkan
kaum priayi adalah kaum bangsawan.